aku selalu tegang ketika tubuhku meregang.
ketika itu, aku sedang menerawang, menerawangkan hal-hal yang menyenangkan.
aku terbayang akan bayangan menyenangkan ketika aku dan mereka bersenang-senang. Sahabat.
namun ketika ini, ketika tubuhku meregang aku berfikir, punyai mereka tak selalu menyenangkan.
punyai mereka acap kali melelahkan.
seperti saat tubuhku meregang, apakah ada yang mereka tanyakan. Tidak sepatah pun.
aku tiba-tiba teringat hal yang tak menyenangkan.
saat dimana aku selalu senang melihat mereka senang dan selalu tertawa melihat mereka terpingkal.
tapi rasanya itu baru berlalu beberapa hari lalu dan dengan cepat berlalu menjadi tak menyenangkan.
aku pikir itu hanya ilusi. halusinansi mungkin.
tapi sesaat aku tersadar, ini dunia nyata, bukan ilusi. ku fikir.
pantaskah aku bertanya dimana mereka saat aku kehilangan arah. ahh naif fikirku.
rasanya tak adil, ketika aku selalu terlibat dalam senang dan tawa mereka, sedangkan mereka tidak. kenapa aku berfikir begitu naif. aku tak boleh berfikir seperti itu. dosa kata Tuhan.
aku merasa terhianati, ketika sadar bahwa aku telah dipermainkan. tidak fikirku, akulah yang mempermainkan mereka.
kutampar wajahku, hanya untuk memastikan aku sedang bermimpi atau tidak.
kini, aku sendiri. kudengar suara-suara berbisik dari kepala. entah darimana.
mereka bilang, aku tak perlu selalu merasa bersalah telah mempermainkan bayangan-bayangan yang menyenangkan. merekalah yang salah. tak pernah benar-benar menyenangi ada-ku.
aku nanar. sendiri membuatku sadar, lalu aku terpingkal seolah sedang senang.
sendiri mengajariku banyak hal, hal-hal yang selama ini tak pernah kufikirkan jika bersama bayangan-bayangan menyenangkan.
sendiri tanpa bayangan menyenangkan ketika aku dan mereka bersenang-senang.
aku kembali terhenyak ketika membaca balasan dari dia yang menyenangkan. dia tak ingin lagi menginginiku menjadi yang menyenangkan baginya. aku tersenyum kaku.
aku berkaca. dalam lamunku itu. lalu tersadar, aku masih berhutang janji pada dia yang menyenangkan-namun aku tak begitu menyenangkan baginya. rasanya aku telah membatalkannya. namun dia yang menyenangkan tak pernah membatalkan.
aku diam tak bergeming, tidak juga berfikir.
sesaat kembali ke kaca dan aku kembali berfikir. mereka yang menyenangkan tak begitu menganggapku. lalu aku tersenyum pada kaca. entah aku kalah atau menang. tapi satu hal yang aku tau. memiliki mereka tak selalu menyenangkan. kadang teramat melelahkan. aku sendiri lagi.
untuk bayangan-bayangan yang menyenangkan yang kini menghilang.
Comments
Post a Comment